sains dan teknologi dalam al-qur'an dan implikasinya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Tolak
ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan teknologi mengalami
perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia. Dalam setiap waktu para
ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan teknologi sebagai
penemuan yang paling canggih dan modern. Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan
pada abad ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa atau negara yang tidak
mengikuti perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau negara itu dapat
dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang.
Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern.
Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan
bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains
dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari
keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan
kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya.
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui
prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad
saw.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ (١) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢)اقْرَأْ وَرَبُّكَ
الأكْرَمُ (٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤)عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ (٥)
Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya. (QS.
Al-Isra: 1-5)”
Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat
luas dan menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini
ternyata jika kita baca, mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja
Ibnu Sina. Dalam umurnya yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai
berbagai ilmu kedokteran. Mognum opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi
sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat.
Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang
representatif untuk kita sebut di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain
itu, dia juga terkenal sebagai orang yang menganjurkan ijtihad kepada orang
yang mampu melakukan itu. Dia juga ahli fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti
keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Tidak hanya itu, al-Ghazali juga ternyata
mempunyai paradigma yang begitu modern. Dia pernah mempunyai proyek untuk
menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Baginya, kedua jenis
ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam.
Adapun kondisi umat Islam sekarang yang mengalami kemunduran
dalam bidang sains dan teknologi adalah disebabkan oleh berbagai hal. Sains
Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah selepas tahun 1800
disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang dengan sengaja
menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains dan industri
lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat sistem
kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan “revolusi
industri” di Inggris.
Sains dan teknologi adalah simbol kemodernan. Akan tetapi,
tidak hanya karena modern, kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang
terjadi di Barat dengan ideologi sekularisme. Karena sains dan teknologi tidak
akan pernah bertentangan dengan ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.
Di dunia Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi
tantangan nyata sejak akhir abad ke-18, terutama sejak Napoleon menduduki Mesir
pada 1798 dan makin meningkat setelah sebagian besar dunia Islam menjadi
wilayah jajahan atau pengaruh Eropa. Serangkaian peristiwa kekalahan berjalan
hingga mencapai puncaknya dengan jatuhnya Dinasti Usmani di Turki. Proses ini
terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi militer Barat.
Ketika sains dan teknologi Muslim tertinggal dari Eropa dan
berusaha mengejar ketertinggalan itu maka timbulah dua sikap, yaitu merumuskan
sikap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi peradaban Barat
modern, serta sikap terhadap tradisi Islam. Kedua unsur ini masih mewarnai pemikiran
Muslim hingga kini.
Saat ini sains teknologi telah dikuasai dunia Barat yang
jelas-jelas ingin menghancurkan umat Islam, seperti yang dilakukan oleh Israel
terhadap Palestina. Karena teknologi yang tidak dilandasi dengan akhlakul
kharimah akan menjadi penghancur dan merusak bumi. Padahal Islam sejak turunnya
kitab suci Al Qur’an dan diutusnya Nabi Muhammad saw. sebagai Rasulullah.
Menunjukkan bahwa teknologi yang terkandung di dalam kitab suci Al-Qur’an akan
membawa rahmat bagi segenap umat di muka bumi ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sain
Menurut Kamus Bahasa, sains adalah ilmu pengetahuan yang
teratur (sistematik)yang boleh diuji atau dibuktikan kebenarannya. Ia juga
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berdasarkan kebenaran atau
kenyataan semata-mata, misalnya sainsfisika, kimia, biologi, astronomi,
termasuk-lah cabang-cabang yang lebih detil lagi sepertihematologi (ilmu
tentang darah), entomologi, zoologi, botani, cardiologi, metereologi
(ilmutentang kajian cuaca), geologi, geofisika, exobiologi (ilmu tetang
kehidupan di angkasaluar), hidrologi (ilmu tentang aliran air), aerodinamika
(ilmu tentang aliran udara) dan lain-lain.
2.2 Pengertian
Teknologi
Teknologi adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang
utuh dan menyeluruh, bertopang kepada pengetahuan ilmu‑ilmu alam yang bersandar
kepada proses teknis tertentu. Sedangkan teknik adalah pengetahuan dan
kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri (bangunan,
mesin dsb).
Istilah teknik, berasal dari bahasa Yunani teknikos, artinya
dibuat dengan keahlian. Secara luas, teknik adalah semua manifestasi dalam arti
materiil yang lahir dari daya cipta manusia untuk membuat segala sesuatu yang
bermanfaat guna mempertahankan kehidupan.
Dalam arti klasik teknik adalah ilmu pengetahuan dalam
pengertian luas, yang bertopang kepada ilmu‑ilmu alam dan eksakta yang
mewujudkan ilmu‑ilmu : perencanaan, konstruksi, pengamanan, utilitas, tepat
guna, dan sebagainya dari semua bangunan teknik, sipil maupun militer.
Teknik sipil seperti gedung, kereta api, jalan raya,
jembatan-jembatan, saluran air, bendungan, pelabuhan, lapangan terbang,
bangunan, mesin, serta segala peralatan yang digunakan bagi kepentingan manusia
di darat, laut dan udara. Teknik militer seperti : konstruksi perbentengan,
mesin‑mesin untuk peperangan, bangunan pertahanan dan persenjataan serta
peralatan peperangan. Kemudian timbul teknik mesin secara terpisah untuk
merencanakan dan membuat mesin-mesin.
Pengertian teknik modern, meliputi lapangan-lapangan
aeronautika, pertanian, kimia, sipil, elektro, geologi, industri
mesin-mesin, ilmu logam, fisika dan lain-lain. Teknik bahkan meliputi bidang
industri, manajemen, perekonomian, kedokteran, pengobatan, fisika nuklir,
kebudayaan, kesenian, politik dan sosiologi (misalnya: social
engineering).
2.2.1 Teknologi
Sebagai Penerapan Sains
Teknologi adalah penerapan sains secara sistematik untuk
memanfaatkan alam di sekelilingnya dan mengendalikan gejala-gejala yang dapat
dikemudikan manusia dalam proses produktif dan ekonomis. Istilah sains berasal
dari science yang merupakan penyebutan kelompok ilmu-ilmu pasti alam yang
sangat erat kaitannya dengan penerapannya dalam bentuk teknologi. Sains dikembangkan
untuk mempertahankan hidup, untuk mempermudah pekerjaan, atau untuk
memperlancar hubungan dengan sesama manusia.
Munculnya sains dimulai dari adanya keingintahuan manusia
akan segala sesuatu yang ada di hadapannya. Keingintahuan itu muncul karena
adanya energi listrik, baik yang terdapat di dalam benda (objek) maupun yang
ada di dalam diri manusia sendiri (sebagai subjek). Pengetahuan yang disusun
cara sistematis dengan metode tertentu itulah yang kemudian disebut sebagai
ilmu pengetahuan.
Ilmu Pengetahuan yang terdiri dari kata ilmu (science) dan
pengetahuan (knowledge) merupakan suatu proses menemukan
kebenaran pengetahuan. Karena. itu, ilmu pengetahuan harus mempunyai sifat
ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara metodis, sistematis dan logis.
Metodis maksudnya adalah bahwa pengetahuan itu diperoleh
dengan cara kerja yang terperinci, baik yang bersifat induktif maupun deduktif,
sesuai dengan tahapan‑tahapan metode ilmu, misalnya dimulai dengan (1)
observasi, (2) perumusan masalah, (3) pengumpulan dan pengklasifikasian data,
(4) membuat generalisasi, (5) perumusan hipotesis, dan (6) membuat verifikasi.
Metode berasal dari, kata Yunani Hodos yang
berarti cara atau jalan. Tujuan ilmu pengetahuan adalah memperoleh
kebenaran. Dengan demikian, metode ilmu dapat diartikan sebagai jalan atau cara
untuk memperoleh kebenaran. Sistematis maksudnya, pengetahuan tersebut
merupakan suatu keseluruhan yang mandiri dari hal‑hal yang saling berhubungan
sehingga dapat dipertanggung‑jawabkan. Logis artinya bahwa proposisi atau
pernyataan yang satu dengan yang lain mempunyai hubungan yang rasional sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan yang rasional. Membuat verifikasi maksudnya
adalah melakukan pengujian terhadap kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Karena
itulah, ilmu pengetahuan mempunyai ciri dapat memprediksi atau meramalkan apa
yang akan terjadi, dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum, dan
dapat dibantah atas dasar pengamatan dan pemeriksaan.
Dapat diramalkan apa yang akan terjadi karena ilmu
pengetahuan adalah hasil pemikirandan pengamatan manusia terhadap alam semesta
yang tersusun padanya hukum-hukum Allah yang bersifat tetap, pasti, dan tidak
berubah dan seimbang. Hukum-hukum Allah yang diberlakukan pada alam ini dikenal
dengan “sunnatullah” atau hukum alam. Tetapi bukanlah hukum alamsebagai yang
dipahami oleh kalangan materialisme, bahwa hukum-hukum itu secara mekanis dan
otomatis berlaku pada alam serta ada dengan sendirinya tanpa ada yang
menciptakannya.
Sebagai suatu contoh, yang dihasilkan oleh pengamatan dan
percobaan yang berkali-kali, jika air dipanaskan hingga 100 derajat C pasti
akan mendidih. Maka dapat disimpulkan bahwa air yang dipanaskan 100 derajat
akan mendidih. Meskipun dapat menghasilkan kesimpulan umum, namun kesimpulan
tersebut dapat dibantah. Jika terjadi pembuktian yang lain. Artinya,
hukum-hukum yang diberlakukan oleh Sang Pencipta di alam ini bersifat pasti,
dan seimbang, tiada cacat, tapi ilmu manusia sebagai hasil penyelidikannya
terhadap ilmu Allah itu, memiliki kebenaran yang nisbi atau relatif bisa benar
di suatu masa, tapi di masa lain dapat saja salah. Demikian juga ramalan,
seperti ramalan cuaca umpamanya, tidak bersifat pasti, bisa benar dan bisa pula
salah.
2.2.2 Teknologi
Sebagai Alat
Mulanya manusia makan apa yang ada disekitarnya,
sebagai pemberian alam tanpa mengolahnya, seperti buah liar di hutan,
daun-daunan, dan hewan-hewan yang bisa ditangkap tanpa alat dan memakannya
tanpa dimasak. Lama-lama, manusia berpikir dan menemukan alat sederhana dari
pecahan batu untuk menangkap hewan dan menemukan api untuk memasak daging.
Dalam proses yang lama sekali, baru ditemukan alat memasak sederhana, dan
setelah manusia maju, banyak ditemukan alat-alat yang praktis untuk menghantar
panas, sehingga memasak makanan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Sumber
panas yang mulanya hanya api, setelah ditemukan listrik banyak alat ditemukan
untuk mengolah beraneka macam kebutuhan, bukan saja untuk urusan makan dan
minum, bahkan penerangan, elektronik, otomotip, dsb.
Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan misalnya,
manusia mulanya hanya memperoleh pengetahuan dengan melihat, mendengar, dan
mengalami apa yang ada dan terjadi di sekitarnya. Kadang-kadang ia belajar dari
hewan untuk melakukan dan memecahkan sesuatu persoalan yang rumit. Kadang
seseorang dalam keadaan terdesak dapat menemukan suatu jalan untuk mengatasinya
yang kemudian dapat ditiru atau diajarkannya kepada yang lain. Tapi
banyak pula cara yang ditemukan oleh gabungan pemikiran banyak orang
dalam kelompoknya, sehingga dapat kita temukan beraneka cara yang berbeda‑beda
dalam masyarakat tertentu dalam mengatasi suatu persoalan yang sama.
Manusia dalam berkomunikasi antara sesama kelompok dan
kemudian dengan kelompok lain, mulanya hanya dengan isyarat, kemudian dengan
kata‑kata sederhana, dan seterusnya manusia mulai menggunakan sandi‑sandi atau
gambar‑gambar binatang sebagai permulaan berkomunikasi dengan tulis.
Setelah masyarakat manusia mulai banyak, dan kebutuhan
berkomunikasi dengan berbagai kelompok diperlukan, digunakanlah alat tulis
sederhana dengan bahan kertas dari daun, pelepah pohon, dan tulang-tulang,
sebagai ganti dari cadas di dinding gua, dan lempingan batu. Alat tulis,
mulanya sederhana pula diambil dari batu lunak, atau arang, ,dan kemudian
ditemukan pena dari bulu ayam, atau bulu angsa. Kini setelah melalui proses
panjang telah diproduksi beraneka macam pena, mesin tik, mesin cetak, dan
bahkan sekarang ini komputer dan bahkan cetak jarang jauh.
Demikianlah proses panjang harus dilalui yang akhirnya di
zaman teknologi ini berbagai alat ditemukan yang semuanya bermula dari
penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dengan dalil-dalilnya yang pasti, sehingga
dapat diterapkan dalam bentuk teknologi nyata berupa alat-alat yang dapat
mempermudah kehidupan umat manusia.
2.3 Islam
memandang teknologi
Salah satu karakteristik Islam yang membedakan dengan ajaran
lainnya adalah syumul. Islam adalah agama samawi yang menjamah
seluruh aspek-aspek kehidupan. Sifatnya yang menyeluruh membuat tidak ada sudut
sekecil apapun yang tidak dapat disentuh oleh nilai-nilai Islam. Begitu pula
dengan teknologi, dalam hal ini Islam juga berperan besar dalam kemajuannya,
pengembangannya, sampai pada pengawasannya. Salah besar jika kita meganggap
teknologi bukan bagian dari Islam ataupun Islam tidak membahas mengenai
teknologi.
Islam tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan seperti
tafsir, hadist, fiqh, dan yang lainnya. Islam juga mencakup segala ilmu yang
ada, mulai dari bakteri terkecil hingga pergerakan semesta alam melalui ilmu
astronominya. Bahkan telah banyak ahli-ahli keilmuan Islam ataupun teori-teori
ilmuan Islam yang menjadi dasar atau panduan bagi ilmuan-ilmuan Eropa. Namun
tidak saat ini, Islam telah kehilangan ruh keislamannya, umat saat ini telah
lupa akan hal ini, mereka terlalu sibuk memikirkan diri sendiri, memikirkan
ibadah vertikal saja. Teknologi saat ini sudah tidak mencerminkan nilai-nilai
keislaman yang dulu dilahirkan para ilmuan kita. Bahkan sudah banyak kita lihat
teknologi yang disalahgunakan manfaatnya dimana-mana.
Inilah permasalahan dalam dunia teknologi kita. Dimana
dengan adanya teknologi justru menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan di
sekitar kita. Hal ini terjadi saat teknologi telah keluar dari fungsi dan
manfaat sebenarnya. Hal ini terjadi saat moral-moral para pembuat ataupun
pengguna telah mengalami kemerosotan. Mereka terlalu tamak sehingga memakai
teknologi sebagai alat pemuas mereka tanpa memikirkan dampaknya.
Sudah saatnyalah kita mengembalikan teknologi pada jalur
yang sebenarnya. Jalur dimana Islam secara menyeluruh ataupun nilai-nilainya
tertanam kuat dalam dunia teknologi kita. Sebuah Islamisasi ilmu dan
pengetahuan kiranya dapat menjadi obat untuk permasalahan diatas. Bukanlah
tidak mungkin untuk menerapkan sebuah konsep Islam dalam dunia teknologi bukan
hanya sebagi pengerem kerusakan yang lebih banyak ditimbulkannya, tetapi juga
demi terwujudnya kebangkitan umat islam.
Kunci utamanya terletak pada manusia-manusianya, pada
kader-kader kita, pemuda-pemuda yang nantinya akan banyak berperan di bidangnya
masing-masing. Diharapkan, kita tidak hanya mempelajari ilmu keduniannya saja,
ilmu keilmiahan, teknologi, ataupun sejenisnya. Perlu pula sebuah pendalaman
terhadap aqidah kita, perbaikan terhadap akhlak, serta ilmu keislaman lainnya
secara menyeluruh. Ataupun sebaliknya, jangan sampai kita terlena, tersibukkan
pada penghambaan diri kita kepada Yang Maha Esa sampai-sampai kita melupakan
ilmu-ilmu yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat di dunia.
2.4 Islam
dan pengembangan ilmu pengetahuan
Agama Islam bersumber dari wahyu Allah SWT sehingga
memberikan dasar-dasar pedoman yang obyektif yang berlaku umum (universal)
bagi seluruh umat manusia di muka bumi, sedangkan ilmu pengetahuan bersumber
dari pikiran manusia yang disusun berdasarkan hasil penyelidikan alam. Ilmu
pengetahuan bertujuan mencari kebenaran ilmiah yaitu kebenaran yang sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmiah.
Menurut ukuran nilai-nilainya bersifat transcendental. Artinya
nilai-nilainya tidak hanya diukur menurut tuntutan hidup manusia di dunia
semata, melainkan juga tuntutan hidup setelah mati. Antara nilai-nilai untuk
kehidupan manusia sebagai hamba Allah dengan nilai-nilai di alam akhirat.
Dengan demikian, jangkauan nilai-nilai agama itu jauh hingga mencapai kehidupan
di alam abadi. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa apabila kita melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan Tuhan, seperti telah ditetapkan dalam kitab
suci-Nya, maka berarti kita merealisasikan ketentuan nilai-nilai hidup selaku
hamba Allah. Dengan demikian, Allah akan memberikan balasan pahala yang
mengandung nilai-nilai kebahagiaan di alam akhirat nanti
Islam bukan hanya terbuka terhadap pembaharuan yang
dilakukan ilmu pengetahuan, melainkan juga mendorong dicapainya kemajuan bidang
tersebut. Dorongan ke arah penguasaan ilmu pengetahuan dapat dilihat dengan
banyaknya firman Allah SWT yang menganjurkan manusia untuk memahami alam. Alam
adalah ciptaan Allah yang menjadi obyek ilmu pengetahuan. Misal dapat kita
lihat pada firman Allah dibawah ini;
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
(١٩٠)الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا
بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (١٩١)
Artinya:“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Qs. Al- Baqarah:164).
Artinya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari
dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan” (Qs. Ar-
Rum:22-23).
Islam dengan kitab suci Al-Qur’an mendorong umat manusia
berfikir dan menyelidiki rahasia kebesaran Tuhan melalui sekitar 300 buah ayat
kalimat-kalimat-Nya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ajaran agama
demikian itu tidak lain adalah suatu agama untuk berilmu. Ilmu yang mendorong Islam
adalah ilmu pengetahuan duniawi dan ukhrawi yang saat sekarang telah dijabarkan
menjadi berbagai jenis ilmu pengetahuan seperti ilmu-ilmu yang termasuk
kelompok sosial dan ilmu-ilmu natural (alam). Sedangkan yang dijadikan objek
penelitian dan pengembangan ilmu-ilmu tersebut adalah diri manusia sendiri,
baik orang perorangan maupun kelompok, serta kenyataan alam semesta yang penuh
rahasia kebesaran Tuhan.
Sesungguhnya Islam bukan sebagai agama untuk akhirat semata,
melainkan juga agama untuk peradaban umat manusia secara menyeluruh, yang
mengandalkan kekuatan akal-budi untuk menghasilkan berbagai jenis ilmu
pengetahuan. Islam mengajarkan tentang perlunya manusia mempergunakan akal
kecerdasan untuk meraih kemajuan baik di dunia maupun di akhirat dengan berlandaskan
ilmu pengetahuan. Nabi bersabda;
Artinya: “Barang
siapa menghendaki hidup duniawi, haruslah dengan ilmu; dan barangsiapa
menghendaki hidup ukhrawi haruslah dengan ilmu; barangsiapa menghendaki
keduanya haruslah dengan ilmu”
Dengan demikian jelaslah bahwa semua bidang pekerjaan,
profesi, dan keahlian, manusia wajib memperjuangkan demi kemajuan masing-masing
bidang sesuai yang digelutinya, yang bertolak dari disiplin ilmu masing-masing.
Demikian ini merupakan hakikat hidup di dunia, tanpa ilmu pengetahuan seseorang
tidak akan dapat memperoleh puncak keberhasilan.
2.5 Motivasi
Islam Dalam Pengembangan Teknologi
Dalam rangka tugas kekhalifahannya, manusia terus berupaya
dan berusaha mencari tahu bagaimana cara memanfaatkan alam yang terhampar luas
ini. Bukanlah Allah telah menyediakan alam semesta untuk manusia. Bersumber
pada ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran) Allah SWT di alam raya
ini, akal manusia melahirkan banyak sekali cabang ilmu-ilmu kealaman yang
terkait dengan benda-benda mati seperti ilmu astronomi, fisika, biologi,
kimia dan lain-lain.
Jika menurut batasan bahwa teknologi adalah hal yang
berkaitan dengan cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi
kesejahteraan dan kenyamanan manusia, mengundang kita untuk menengok kepada
sekian banyak ayat Al‑Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Sekitar 750
ayatnya berbicara tentang alam raya dan fenomenanya. Berulang‑ulang Al-Qur’an
menyatakan bahwa alam raya ini diciptakan dan ditundukkan (sakhkhara)
oleh Allah untuk manusia.
Artinya
: “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) dari‑Nya. Sesungguhya pada yang demikian itu benar‑benar
terdapat tanda‑tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir”. (QS. al‑Jatsiyah
(45) : 13).
Secara
jelas Allah berfirman di dalam QS. Al-Ra’du (13): 2-3).:
Artinya:
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam dan alas Arsy, dan
menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan.
Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya),
supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Dan Dia-lah Tuhan yang
membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanyaa. Dan
menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan
malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Alam ditundukkan bagi manusia bila manusia menguasai ilmu
tentang aturan hukum-hukum yang diperlakukan Allah kepada alam semesta, apa
yang kita kenal dengan sunnatullah. Sunnatullah bukanlah “hukum alah” yang
secara otomatis berlaku dengan sendirinya secara alamiah tanpa ada yang
menciptakannya, melainkan hukm itu ada bersamaan dengan penciptaannya oleh Yang
Maha Pencipta:
Artinya: “Dan
Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dneganserapi-rapinya”. (QS. Al-Furqan (25):2)
Hukum‑hukum itu diciptakan Penciptanya bersamaan dengan
penciptaan alam. Segala sesuatu di alam ini memiliki ciri dan hukum‑hukumnya
tersendiri. Alam semesta ini juga sangat nyata berjalan dengan kokoh, rapi dan
harmonis. Apa sebabnya? Dengan penyelidikan‑penyelidikan yang teratur dan
terarah, yang diikuti dengan pengolahan yang seksama terhadap data-data yang
diperoleh, maka orang telah banyak menemukan apa yang dinamakan hukum‑hukum
alam yang secara disiplin telah ditaati oleh semua benda. sebagai makhluk‑Nya
di alam ini. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam firman‑Nya.
Artinya:
“… padahal kepada‑Nya lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di
bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah‑lah mereka
dikembalikan”. (QS. Ali Imran (3) : 83).
Tak dapat diragukan lagi, bahwa ketaatan yang demikian
itulah yang menyebabkan alam ini selalu tegak dengan kokoh, rapi dan harmonis.
Setelah kita beriman kepada Allah, maka menjadi mudah bagi kita untuk menerima,
bahwa hukum‑hukum alam ini adalah sunnatullah atau aturan Allah
yang telah diciptakan dan diberlakukan bagi makhluk‑Nya yang tidak berubah‑ubah
sebagaimana dinyatakan dalam firman‑Nya.
Artinya: “Maka
sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnatullah, dan
sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnatullah itu” (QS. Fathir
(35): 43).
Dengan demikian maka ketaatan pada hukum-hukum itu pada
hakekatnya adalah ketaatan pada Allah sendiri, karena hukum dantata gerak
segala benda di alam ini tidak lain dari ciptaan Allah jua, yang mencerminkan
kehendak-Nya, sehingga dapat diambil konklusi bahwa alam semesta ini mempunyai
sifat umum (general property) berupa ketaatan kepada Allah. Sifat ini
sebenarnya sangat penting untuk menjadi pelajaran bagi manusia, karena manusia
pun yang merupakan bagian dari makhluk sama halnya dengan alam ini, juga wajib
mempunyai sifat ketaatan kepada Pencipta-Nya. Kalau tidak, maka hal itu
merupakan pelanggaran yang sangat membahayakan bagi kehidupan manusia sendiri.
Inilah salah satu makna yang terkandung dalam firman‑Nya yang mempertanyakan
keingkaran manusia meskipun dia diberikan kebebasan.
Namun manusia dari sisi lain berbeda, karena manusia telah
diberikan potensi akal, pancaindera, dan kekuatan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuannya serta menerapkannya menjadi nyata dalam teknologi. Kelebihan ini
memberi manusia kesempatan untuk mengelola alam, bahkan ada kemampuan manusia
untuk merubah dan melawan alam dengan mempelajari gerak dan sifat hukum alam
itu sendiri.
Inilah bedanya manusia dengan makhluk lainnya, sehingga
dengan akal pikirannya, dan kekuatan fisik serta pancainderanya dapat mengolah
dan mendayagunakan hukum‑hukum alam ini menjadi sesuatu yang berguna. Sebagai
contoh, air yang menurut hukum alamnya senantiasa mengalir ke bawah, dengan
kekuatan pikirannya manusia telah menemukan cara dan alat untuk menggerakkan
dan memancarkan air ke atas. Berbagai kekuatan yang nampaknya bahaya bagi
manusia, dan dahulu disembah dan dipuji, kini manusia setelah mempelajari
hukum-hukum alam itu, dapat menemukan berbagai alat hasil teknologi, yang memberikan
kemudahan bagi manusia. Manusia umpamanya telah menemukan pembangkit listrik
bertenaga air, uap, angin, bahkan arus dan gelombang laut.
Karena manfaat ilmu dan teknologi, banyak segi kehidupan ini
menjadi mudah. Dahulu untuk mengetahui waktu shalat umpamanya, umat Islam
melihat kedudukan matahri langsung dengan mata kepala, akan banyak didapati
banyak kesulitan umpamanya cuaca buruk, atau di tengah hutan atau di dalam
tempat tertutup. Tapi sekarang cukup melirik posisi jarum jam yang melekat di
pergelangan tangan. Untuk mengetahui kabar berita dari tempat yang jauh, dahulu
orang harus berjalan berkilo-kilo meter tetapi dengan kemajuan teknologi, kini
orang cukup mengangkat telepon, malah telepon digenggaman tangan, sehingga
berapapun jauhnya berita akan disampaikan, dapat segera dikirim saat itu juga.
Penemuan-penemuan hukum alam yang tersebar di alam semesta
ini pada gilirannya menggerakkan iptek lebih maju lagi di berbagai bidang, baik
listrik, mekanik, elektronik, komunikasi, transportasi, penerbangan, bangunan,
arsitektur dan lain sebagainya.
2.6 Peran
Islam Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2
(dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qaidah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan.
Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu
pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan,
sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah
Islam) sebagai standarbagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.
Standar atau kriteria
inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur,bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan
halal-haram(hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek,
jikatelahdihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau
punia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
BAB III
PENUTUP
Adapun kondisi umat Islam sekarang yang mengalami kemunduran
dalam bidang sains dan teknologi adalah disebabkan oleh berbagai hal. Sains
Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah selepas tahun 1800
disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang dengan sengaja
menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains dan industri
lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat sistem
kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan “revolusi
industri” di Inggris.
Sains
dan teknologi adalah simbol kemodernan. Akan tetapi, tidak hanya karena modern,
kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang terjadi di Barat dengan
ideologi sekularisme. Karena sains dan teknologi tidak akan pernah bertentangan
dengan ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.
DAFTAR PERPUSTAKAAN
Baiquni, Achmad. Alqur’an, Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, Solo Dana Bhakti Wakaf, 1994.
Effendi, Abdurrahman Riesdam & Gina Puspita, Membangun
Sains dan Teknologi Menurut Kehendak Tuhan, Jakarta: Giliran Timur,
2007.
Kaelany, dkk. Islam Untuk Disiplin Ilmu dan
Teknologi. Jakarta: Depag Ditjen Bagais PIK Pertais. 2004
Soedewo, Islam dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Darul
Kutubil Islamiyah, 2007.
http://lapodding.com/2009/07/06/sain-dan-teknologi-dalam-pandangan-islam/
http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-teknologi.htm
Komentar
Posting Komentar